Monday, July 03, 2006

Dinas Perindagkop Dairi Latih Pemuda Buat Souvenir

Sebanyak 15 pemuda dari beberapa kecamatan mengikuti pelatihan pembuatan
souvenir. Kegiatan itu berlangsung sejak akhir Juni hingga september mendatang. Demikian dijelaskan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Dairi melalui Plt Kabid Perindustrian Ir Robinson Pasaribu, Senin (3/7).

Beragam kerajinan tangan berbahan baku kayu, rotan , bambu tengah dipraktekkan. Pemikiran itu, didasari atas banyaknya material dimaksud belum diolah secara maksimal, padahal secara ekonomis mempunyai nilai jual tinggi. Dicontohkan, bambu saat ini cenderung digunakan untuk pagar dan keranjang. Padahal, banyak produk lain dapat dihasilkan. Melalui pelatihan ini, diharapkan kawula muda menambah dan menempa ilmu khususnya di bidang seni ukir. Mereka juga diarahkan agar mampu mandiri dengan peluang kerja yang relkatif terbuka.

Tidak dapat dipungkiri, pada kondisi sekarang kerajinan luar masih membajiri daerah ini sementara bahan baku terbilang melimpah. Karenanya, sungguh tepat apabila barang tersebut dimanfaatkan. Diproyeksikan, karya tangan seniman itu akan diarahkan guna menambah potensi Taman Wisata Iman. Bila membeli ukiran semisal kursi mini, asbak dan lain-lain senantiasa langsung ingat dengan objek wisata rohani terpadu satu-satunya di Indonesia itu. Ditambahkan, pemerintah daerah menanggung semua dana latihan termasuk penyediaan alat. Namun, jika pemuda itu sudah mapan, Pemda tidak menyediakan permodalan sehubungan keterbatasan anggaran. Setidaknya, ilmu yang diterima dapat dijadikan bekal memenuhi kebutuhan hidup. Dinas Perindagkop mendatangkan dua instruktur asal Solo yakni Suyatno dan Suharto. Ditargetkan, minimal 50 persen dari peserta mampu jeraih sukses, ujar Robinson.

Sumber : Harian SIB, 4 July 206

Wabup Dairi Lepas Tim Popdasu Binjai Berkekuatan 85 Pelajar

Wakil Bupati Dairi Johnny Sitohang bersama muspida melepas tim Pekan Olahraga Pelajar se-Sumut (Popdasu) di Kisaran Kabupaten Asahan, Senin (3/7).

Diingatkan agar peserta menjaga nama baik daerah mengingat mereka adalah duta kabupatan yang mempertaruhkan citra, bukan saja perorangan tetapi juga masyarakat.

Sementara itu, Ketua Kontingen Popdasu dairi Drs Bonar Butar-butar menyebutkan, peserta yang diberangkatkan sebanyak 46 pelajar dan mengikuti cabang atletik, pencak silat, tennis meja, bulutangkis dan gulat.

Sumber : Analisa daily, 4 July 2006

Suku Pakpak Tolak Dairi dan Pakpak Bharat Gabung ke Provinsi Tapanuli

Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat tetap menolak untuk bergabung dengan Provinsi Tapanuli. Sebagai pemilik tanah ulayat, kedua kabupaten yang mayoritas penduduknya adalah suku Pakpak itu, tidak membenarkan tanah adat/ulayatnya masuk ke Provinsi Tapanuli.

"Kami pemilik tanah ulayat memiliki ketetapan hati untuk tidak membenarkan tanah adat/ulayat kami yaitu Dairi dan Pakpak Bharat yang merupakan Bumi Sulang Silima Pakpak Silima digabungkan ke Provinsi Tapanuli," ujar Ketua Pengurus Besar Lembaga Kebudayaan Pakpak (PB LKP) Raja Usman Ependi (RUE) Capah didampingi Sekretaris Drs. Syahidan Bintang, Wakil Ketua Mahadi Limbong, Muhanda Angkat dan Wakil Sekretaris Effendi Tumanggor kepada wartawan di Medan, Senin (3/7).

Pernyataan ini telah disampaikan mereka secara tertulis kepada Gubernur Sumut, Ketua DPRD Sumut, Bupati Dairi dan Bupati Pakpak Bharat, berkaitan dengan adanya pemberitaan tentang gagasan pemekaran provinsi Sumatera Utara.

Menurutnya, keinginan sejumlah oknum yang berambisi membentuk Provinsi Tapanuli dan hendak menjadikan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat menjadi bagian dari provinsi itu, terkesan dipaksakan. Padahal mayoritas penduduk, jelas-jelas menolak bergabung.

Untuk itu, PB LKP menghimbau, oknum yang mengatasnamakan agama atau kelompok lain atau mengaku telah menjadi penduduk di Dairi ataupun Pakpak Bharat, harus menghormati sikap suku Pakpak yang tidak ingin bergabung ke Provinsi Tapanuli.

Demikian juga kepada masyarakat dihimbau agar tidak terpancing dengan upaya oknum-oknum yang ingin menguasai Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat untuk dijadikan bagian dari Provinsi Tapanuli.

"Kami selaku suku Pakpak akan tetap mempertahankan tanah ulayat kami dari upaya pencaplokan yang dilakukan oknum tertentu untuk dijadikan bagian Provinsi Tapanuli. Bila perlu, suku Pakpak siap mengerahkan segala potensi yang ada sampai 'titik darah' penghabisan, guna menjaga agar tanah kami tidak terkontaminasi oleh ambisi segelintir okum yang ambisius menguasai kami, baik secara politik maupun dominasi demografi kependudukan," ujar Wakil Ketua PB LKP Mahadi Limbong.

Sumber : Harian Analisa, 4 July 2006

Saturday, July 01, 2006

Pengumuman Hasil UN di SMPN 2 Sidikalang Ric

Pengumuman hasil ujian nasional (UN) di SMP Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi berakhir ricuh. Peristiwa itu dilatarbelakangi, banyak siswa yang tidak lulus.

Semula, Kepala Sekolah Drs Asbel Tampubolon dan Komite Sekolah Tambun menyarankan, agar lembaran dimaksud dibuka saja di rumah.

Namun, para orangtua kepingin cepat mengetahui hasil testing itu. Spontan saja, puluhan orangtua menyerbu ruang kepala sekolah. Ada yang menangis histeris dan ada pula mengejek dengan bahasa kasar.

Kasek dituding sebagai penanggungjawab kegagalan. Selain menyampaikan aspirasi protes, di antara peremuan itu ada yang langsung merobek-robek lembaran kertas stensil di depan polisi.

“Guru dan kepala sekolah yang bertengkar tapi anak kami yang jadi korban. Konflik ini merugikan siswa. Setahun anak kami berangkat dari rumah namun tak tentu belajarnya. Malah anak kami dibawa demonstrasi,” ujar R boru Manalu ibu dari Boston Tobing siswa yang kalah.

“Kalau anak kami memang bodoh, tentu bisa diterima tetapi ini jelas disebabkan guru dan kepala sekolah tak betul mengajar siswa,” ujarnya.

Ganda Pardede ayah dari Alekta Pardede malah menuding, putrinya tak lulus diduga berhubungan dengan pemberian keterangan anaknya di kantor polisi menyangkut konflik internal. “Ini, kan nyata, anak saya dikalahkan karena memberatkan mereka,” katanya.

Ironisnya, di antaranya siswa kalah itu, adalah siswa berprestasi di ruangannya. Boru Sitorus bunda dari Delima Simanjuntak menyatakan, putrinya juara satu di ruang kelas III 2. Karenanya, ia tak menerima keputusan dimaksud. Kalangan orang tua menduga, ada unsur balas dendam terhadap anak-anak.

Mangisi Hutasoit ayahanda Lastri Hutasoit berharap agar pemerintah menyelenggarakan ujian ulangan. Kalau tidak, terlalu berat bagi keluarga menunggu sampai setahun lagi.

Tambun menyatakan, kegagalan itu hanyalah sukses yang tertunda. Kalau semua lulus, buat apa dibuat ujian, kata pengurus komite mantan guru itu.

Kepada Analisa Asbel membenarkan, kelulusan kali ini 43 persen dari 290 siswa. Kegagalan itu tidak terlepas dari kondisi kurang harmonis antara pihaknya dengan sejumlah guru yang berlangsung setahun lebih. Tidak tentu belajar. Menurutnya, itu adalah hasil yang luar biasa.

Ia tidak tahu apa solusi terhadap persoalan di lembaga itu. Pasalnya, kasus itu sudah sampai ke Sekretaris Kabinet dan Presiden toh sampai sekarang belum ada hasilnya.

Di Sumatera Utara, sudah semua orang tahu, ucapnya. Ia berprinsip semua tahapan dan mekanisme ia jalankan sesuai prosedur. Inilah produknya.

Seorang staf sekolah itu mengatakan, petinggi kabupaten memainkan sandiwara politik di tengah konflik. Karena itu, jalan keluar tak kunjung tampak.

Pendidikan dipolitisasi, hingga pejabat tak berani membuat keputusan final apakah memindahkan kepala sekolah atau memindahkan guru.

Sebelumnya, beberapa guru memprediksi kebobrokan ini. Argumentasinya, banyak guru tidak diberi jadwal mengajar. Dicontohkan, satu-satunya guru olahraga tak diberi kesempatan mendidik.

Bahkan, mata pelajaran yang diikutkan dalam UN di antaranya Bahasa Indonesia juga dikosongkan. Padahal guru hadir. “Kami datang setiap hari tetapi kalau tak ada jam ngajar, bagaimana mau masuk? Kami amat memaklumi nasib dan keluhan siswa.”

Guru sendiri punya dua kantor. Kontra kepala sekolah berkantor di ruangan guru yang ditenpati sebelumnya, sedang guru lain berkantor di ruangan dekat kepala sekolah.

(Source: Harian Analisa)

Pics of Taman Wisata Iman

Penginapan di sekitar Mesjid, bisa juga sebagai sarana Manasik Haji
Ka'bah

Penginapan di samping Gereja
View 1
View 2
Vihara
Bunda Maria Place
Salib
Angel's


Patung 1
Patung 2

Menara dan Mesjid

Kompleks Muslim

Taman Wisata Iman, Sidikalang


Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki

potensi wisata yang indah dan berhawa sejuk. Salah satu potensi wisata di daerah itu yang kini sudah dikenal di nusantara dan mancanegara, adalah Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo di Kecamatan Sitinjo.
TWI merupakan objek wisata religius. Di sana ada tempat-tempat ibadah bagi umat beragama Katolik/Protestan, Islam, Budha dan Hindu yang dibangun di areal yang hijau dan berpanorama alam sangat indah di sekelilingnya.
Objek wisata TWI dibangun di atas areal tanah seluas 13 hektar dan berjarak 10 Km dari Kota Sidikalang ibukota Kabupaten Dairi dan 158 Km dari Kota Medan dengan jarak tempuh lebih kurang 3 jam.
TWI sebagai objek wisata religius memiliki keunikan karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung bukan hanya sekedar menikmati keindahan alam di lokasi wisata tersebut, juga melakukan ibadah menurut agamanya baik secara pribadi maupun berkelompok.
Memang menurut Bupati Dairi DR MP Tumanggor, didampingi Dandim 0206 Dairi Letkol Inf Zukhriadi dan Ketua DPRD Leonard S Samosir dalam suatu perbincangan dengan SIB belum lama ini, TWI yang dibangun sejak tahun 2000 diharapkan selain bisa menjadi salah satu objek wisata primadona di Sumatera Utara juga diharapkan sebagai pusat penyembuhan bagi para penderita narkoba, disamping tujuan utama agar setiap pengunjung dapat meningkatkan kualitas keimanannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
Selanjutnya Pemkab Dairi ingin menjadikan TWI sebagai gambaran terjalinnya kerukunan hidup antar umat beragama khususnya di Kabupaten Dairi dan umumnya di Sumatera Utara, karena seluruh pengunjung dapat melakukan ibadahnya sesuai dengan keyakinan yang dipeluknya secara berdampingan dengan suasana yang damai dan sejuk, sekaligus mengucapkan syukur pada Tuhan yang menciptakan alam begitu indah bagi manusia.
“Tempat-tempat ibadah yang dibangun di TWI jaraknya tidak begitu jauh sehingga saat libur hampir di setiap tempat ibadah ramai dikunjungi wisatawan yang melakukan wisata rohani sambil menikmati indahnya panorama alam di lokasi wisata tersebut,” ujar Tumanggor yang mengaku berupaya menjadikan TWI sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia.
TWI sebagai salah satu objek wisata rohani selain diharapkan mampu menjadi sarana peningkatan iman bagi pemeluk agama, ke depan juga akan dijadikan sebagai pusat penyembuhan bagi para penderita kecanduan narkoba.
Pemkab Dairi menurutnya berkeinginan melengkapi berbagai fasilitas lainnya termasuk penginapan dan tempat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba, sehingga dapat dirawat di lokasi tersebut baik penanganan melalui bimbingan agama maupun penanganan secara medis.
Keberadaan TWI memang bukan saja menjadikan Kabupaten Dairi kini dikenal di nusantara maupun manca negara, namun juga memikat para investor baik dalam negeri maupun asing, untuk menanamkan modalnya di daerah penghasil kopi itu.
Hal itu diakui oleh Bupati Dairi yang telah banyak didatangi para investor yang sebelumnya datang berkunjung ke TWI. Setelah melihat potensi alam di Kabupaten Dairi justru berminat untuk menanamkan modalnya.
“Beberapa investor seperti dari Singapura dan Australia sudah menyatakan ingin berinvestasi di Kabupaten Dairi dan menanyakan peluang investasi yang menjanjikan kepada kita (Pemkab Dairi),” tandas Bupati Dairi.
TWI juga memberikan “keuntungan” bagi Pemkab Dairi karena secara tak diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan dari retribusi pengunjung sebesar Rp 50 juta TA 2006. Namun pertengahan Juni saja sudah diperoleh Rp 149,6 juta yang berarti telah terlampaui 200%.
Menurut Kadis Keparhub Kabupaten Dairi MG Lingga, SH target tersebut tercapai karena tingkat kunjungan wisatawan baik lokal dan mancanegara ke TWI dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan.
“Setiap hari libur, jumlah pengunjung ke TWI bisa mencapai 2000-3000 orang dengan pendapatan antara Rp 2 juta-Rp 3 juta. Sedangkan hari biasa pendapatan rata-rata Rp 100 ribu-Rp 200 ribu. Hal ini membuktikan TWI sudah dikenal dan semakin diminati wisatawan sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara,” paparnya.
Upaya ke depan menurut Bupati Dairi, untuk semakin mempopulerkan TWI sebagai salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Dairi, Dinas Keparhub Dairi akan semakin gencar melakukan promosi dan meningkatkan fasilitas untuk kenyamanan pengunjung.
Semoga TWI sebagai objek wisata rohani dapat menjadi objek wisata multi guna. Selain sebagai objek religius, pemikat investor dan pusat penyembuhan bagi pecandu narkoba juga menjadi objek wisata yang membanggakan bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Dairi sehingga dapat memberikan banyak “berkah” untuk mendukung kemajuan pembangunan daerah dan peningkatan perekonomian masyarakat Dairi. Njuah-juah.....(h)
(Source: Harian SIB, 26 Juni 2006)